Info Penting

Thursday, June 11, 2009

Ringkasan khutbah Prof. Dr. Abdul Razak Al Sa'adi Fri, 5/29/09

Oleh: Hambari Nursalam

Khutbah tadi diawali dengan kisah yang disebutkan di dalam hadits Qudsi diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu: tentang tiga orang pemuda sedang bepergian, mereka tertahan oleh hujan dan mereka berlindung di dalam sebuah gua pada sebuah gunung. Sebongkah besar batu jatuh dari gunung melewati mulut gua tersebut dan menutupnya. Mereka berkata satu sama lain, \'Pikirkanlah perbuatan baik yang pernah engkau lakukan di jalan Allah, dan berdoalah kepada Allah dengan menyertakan perbuatan-perbuatan itu sehingga Allah akan membebaskanmu dari kesulitan yang kau hadapi. Salah satu di antara mereka berkata, \'Ya Allah! Aku memiliki kedua orang tua yang telah tua renta, dan aku memiliki anak-anak yang masih kecil yang aku telah memberikan susu yang aku miliki kepada kedua orang tuaku terlebih dulu sebelum memberikannya kepada anak-anakku. Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari tempat merumput (bagi domba-dombaku), dan tidak kembali ke rumah hingga larut malam dan menemukan kedua orangtuaku sedang tidur. Aku mengisi persediaan makanan dengan susu seperti biasanya dan membawa bejana susu tersebut serta meletakkannya di atas kepala mereka, dan aku tidak ingin membangunkan mereka dari tidurnya, dan aku pun tidak ingin memberikan susu tersebut kepada anak-anakku sebelum orang tuaku, walaupun anak-anakku sedang menangis (kelaparan) di bawah kakiku. Maka keadaanku dan mereka tersebut berlanjut sampai dini hari. (Ya Allah!) Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan semata-mata hanya karena Engkau, maka tolonglah bukakan sebuah lubang agar kami dapat melihat langit.\' Maka Allah membukakan untuk mereka sebuah lubang yang dengannya mereka dapat melihat langit.

Kemudian pemuda yang kedua berkata, \'Ya Allah! Aku memiliki seorang saudara sepupu yang aku cintai seperti halnya gairah seorang pria mencintai seorang wanita. Aku telah mencoba merayunya tetapi ia menolak hingga aku membayarnya sebanyak seratus dinar. Maka aku pun bekerja keras sampai dapat mengumpulkan seratus dinar dan aku pergi menemuinya dengan uang itu. Namun ketika aku duduk di antara kedua kakinya (untuk melakukan hubungan seksual dengannya), ia berkata: Wahai hamba Allah! Takutlah kepada Allah! Jangan merusakku kecuali dengan cara yang sah (dengan perkawinan)! Maka aku pun meninggalkannya. Ya Allah! Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan demi Engkau semata, maka biarkanlah batu tersebut bergerak sedikit lagi untuk mendapatkan lubang yang lebih besar.\' Maka Allah menggeser batu tersebut untuk menjadi lubang yang lebih besar.

Dan pemuda yang terakhir (ketiga) berkata, ‘Ya Allah! Aku mempekerjakan seorang budak dengan upah sebanding dengan satu Faraq beras, dan ketika ia telah selesai dengan tugasnya, ia meminta upah, tetapi ketika aku memberikan upah kepadanya, ia menyerah dan menolak untuk menerimanya. Kemudian aku tetap memberikan beras tersebut kepadanya (beberapa kali) hingga aku dapat membeli dengan harga hasil produksi, beberapa ekor sapi dan gembalanya. Setelah itu, budak tersebut datang kepadaku dan berkata: (Wahai hamba Allah!) Takutlah kepada Allah, dan jangan berbuat tidak adil kepadaku dan berikanlah upahku. Aku berkata (padanya): Pergilah dan ambillah sapi-sapi itu beserta gembalanya. Maka ia pun mengambilnya dan pergi. (Maka, Ya Allah!) Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan semata-mata demi Engkau, maka geserlah bagian yang tersisa dari batu tersebut.’ Maka kemudian Allah membebaskan mereka (dari kesulitannya) dan batu tersebut telah berpindah seluruhnya dari mulut gua tersebut.

Dari kisah diatas terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, namun yang paling utama yang akan dibahas dalam khutbah ialah berkenaan dengan keikhlasan. Sifat ikhlas merupakan ciri umat mukmin, sifat yang sangat di sukai oleh Allah swt. Semua perbuatan kalau tidak didasari dengan ikhlas akan tertolak di hadapan Allah. Bahkan di dalam al qur ‘an Allah telah menyebutkan tentang sifat ini di dalam suatau surat yang kecil dan ringan secara lafaz namun memiliki kedudukan yang luar biasa, ‘sepertiga al qur’an’ yang apabila dibaca tiga kali maka pahalanya sama seperti mengkhatamkan al qur’an seluruhnya, yaitu surat Al Ikhlas.

Allah telah memberi perumpamaan tentang seorang hamba yang memiliki seorang tuan yang hanya bekerja dan mengabdi hanya untuk tuannya dan seorang hamba yang memiliki dua orang tuan sehingga ia harus berbagi dalam mengabdi. Tentu saja hamba yang pertama lebih baik.

Sebagai mukmin harus selalu menempatkan ikhlas dalam semua perbuatan, agar apa yang diusahakan tidak sia-sia. Misalnya seorang guru harus ikhlas dalam mengajar, seorang pelajar harus ikhlas dalam menuntut ilmu, seorang petani ikhlas dalam pekerjaannya, seorang pengusaha ikhlas dalam usahanya, seorang pegawai ikhlas menjalankan tugasnya, dll. Ikhlas merupakan sumber kekuatan dan pondasi terhadap sebuah peradaban. Umat islam dahulu maju karena umatnya adalah orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Seoarang mukmin juga harus berusaha untuk bisa berkontribusi terhadap agamanya. Umur dan kesempatan yang diberikan oleh Allah tidak disia-siakan hanya untuk makan dan minun. Kita hendaknya mencontoh para sahabat dan para khalifah pemimpin umat islam terdahulu yang selalu beramal dengan ikhlas, sehingga meraka mampu mensejahterakan umat islam, memartabatkan umat islam. Meraka mampu meperluaskan da’wah ke berbagai wilayah seperti ke timur hingga ke China, ke barat hingga ke Spanyol, ke utara hingga ke Istambul, ke selatan hingga ke Ethiopia. Semua keberhasilan tersebut adalah kerena keikhlasan mereka dalam mencari ridha Allah. Dalam alquran disebutkan:

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS Al Fath: 18)

Lawan dari ikhlas adalah riya’ yang berasal dari kata ‘rumya’ yaitu beramal supaya dilihat orang. Sifat ini adala sifatnya orang munafiq. Dalam al qur’an disebutkan:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”(An Nisa’:142)

Sedangkan orang mukmin mereka adalah orang yang selalu ikhlas, semua amal perbuatannya hanyauntuk memperoleh ridha Allah semata.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.( Al Bayyinah:5)

Dalam khutbah kedua beliau menyebutkan bahwa riya’ adalah perbuatan syirik, (syirkul asghar) syirik kecil. Dalam hadits juga disebut sebagai (syirkul khafi) syirik tersembunyi. Maka hendaknya kita berhati-hati terhadap sifat ini.

Selain itu beliau menyebutkan bahwa dalam shalat jumat terhadapat banyak fadilat (keutamaan-keutamaan), maka hendakya kita jangan mengetepikan keutamaan tersebut. Kita dianjurkan untuk datang shalat jum’at awal, karena terdapat keberkahan, kalau tidak ada hal-hal penting bersegeralah datang ke masjid. Karena duduk menunggu mulainya shalat jum’at sudah dihitung pahala. Dalam hadits disebutkan:

“Jika datang hari Jum’at, maka pada setiap pintu masjid terdapat malaikat yang menulis orang masuk masjid secara berurutan. Jika imam telah duduk (di mimbar) mereka menutup buku-bukunya dan duduk mendengarkan peringatan (dari khutbah). Perumpamaan orang yang datang awal sekali adalah seperti orang yang berkurban dengan seekor unta, kemudian seperti orang yang berkurban sapi, lalu seperti orang yang berkurban kambing, selanjutnya seperti orang yang berkurban seekor ayam dan yang terakhir seperti orang yang bersedekah dengan sebutir telur”. (HR. Muslim)

Kemudian beliau menyebutkan bahwa beliau melihat para jamaah di masjid setelah shalat jum’at membuat kelompok-kelompok atau halaqah-halaqah, itu sangat baik. Namun jangan sampai menimbulkan suara dan membuat keramaian karena masih banyak orang yang sedang menjalankan shalat sunnat. Jangan sampai mengganggu orang yang masih shalat.

Beliau juga menasehatkan kepada kepada para jamaah untuk melakukan shalat sunnat empat rakaat setelah shalat jum’at, karena Rasulullah saw menganjurkan untuk shalat sunnat setelah jum’at. Dalam hadits: “Jika salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat Juma’at, maka hendaklah dia mengerjakan shalat empat rakaat setelahnya.” (HR. Muslim.

0 comments:

Post a Comment

Kepada rekan-rekan yang kami hormati,Silahkan berkomentar dengan baik dan Sopan di form Komentar dibawah ini, karna kita sama-sama tahu kalau setiap panca indra yg kita miliki akan di mintai pertanggung jawaban kelak di akhirat nanti, O ya Klo rekan-rekan sekalian berkenan memberikan Komentar jangan lupa Kasih identitas,at-list Nama Anda, and jangan anonymous melulu!!!! , Terimah kasih sobat...

 

Komentar Terbaru

Ikmalaysia Followers