Info Penting

Thursday, September 17, 2009

Di Lipatan Sajadah Ramadhan (Bag 2)

Mas Anto duduk merenungi Yamaha Vega-nya di beranda samping rumah, kami memanggilnya emper. Dulu emperan ini keliling rumah membentuk liter U, kanan, kiri, dan belakang. Emper kiri kami gunakan sebagai tempat meletakkan barang yang benar-sudah tudak di pakai, emper belalakang pula tempat menumpuk kayu bakar dan perkakas dapur, seperti periuk, belangah dan lainnya yang umumnya berwarna gelap. Sedangkan emperan kanan rumah kami jadikan tempat istirahat setelah semua orang pulang kerja. Emperan itu juga tempat Mas Anto dan aku mengotak-hiatik sepeda motor , misalnya menampal ban, mengelap dan macam-macam lagi. Sejak aku SMA, emperan tersebut sedikit demi sedikit aku kurangi dan ku rapihkan seperlunya.


Jadilah emperan itu tinggal satu sisi sebelah kanan rumah, tempat aktivitas dan gudang simpanan barang bekas jadi satu.
“ Aku mau pinjam uang sama si Sarmin Bu...” Mas Ikrar Muliyanto memulai bicara sambil mengelap sepeda motornya.
“ Mau dibikin apa Yan...?”
“ Beli motor”
“ Beli motor? Lha motor mu ini mau kamu jual?” Ibuku keheranan.
“ Untuk Ismail, biar dia betah di rumah, mungkin dia malu pake motor peninggalan Bapak, sebentar lagi kan mau lebaran”
“ Memangnya, adikmu kabur gara-gara motor?”
“ Trus kenapa? Aku tahu buk... perasaan anak muda”
“Tapi adikmu nggak seperti anak muda yang lain Yan, nggak seperti yang kamu fikirkan”
“Lha trus Kenapa? Bue tahu Ismail pergi kemana dan sebabnya apa?”
“ Bue ngak tau, orang pamit aja nggak” sambil menanggalkan baju basahan ibu sambil lalu.
“ Di rekeningku ada, tapi nggak nyukupi, malam ini paling aku mau ngomong sama Sarmin”
“ Kamu nggak malu Yan?” Ibu tahu Mas Yanto ngajak serius.

Ibu paling ahli dalam masalah satu ini, baginya ada hal-hal yang harus dihindari dalam bergaul, meskipun aturan itu tidak tertulis, tapi beliau tetap menganggapnya sebagai peraturan. Meskipun tidak ada sekolah yang pernah disinggahinya, tapi ajaran-ajaran akhlak lengket di tangannya. Meskipun tidak ada resantren yang pernah beliau inapi, namun pengalaman hidupnya cukup di dijadikan mata pelajaran bagi anak-anaknya.

“Malu kenapa bu?”
”Kemaren waktu Sarmin nginap di puskesmas saja, kamu nggak bantu berobatnya, boro-boro, kamu malah beli bas sama alat-alat karaokeanmu itu”

Mas Yanto berhenti ngelap motornya seketika merekam setiap kata ibu. Dia teringat waktu Sarmin keluar dari Puskesmas, pernah mengutarakan niat ingin meminjam uang sama mas Yanto, Sarmin mau menebus sepeda motornya yang di bengkel akibat kemalangannya.

Waktu itu mas yanto sudash nggak punya tabungan karena habis dibelikan satu set sound system, akhirnya sepeda motor si Sarmin mondok dua bulan di bengkel sampai Sarmin dapat gaji.
“Itu kan sudah lama banget bu, aku yakin Sarmin sudah lupa”
“Tapi gaji kamu kan lebih tinggi To..? yang ini apa Sarmin juga lupa? Kamu supir, dia cuma kenek”
“Ya sudah kalau Ibu nggak ngizinin”
“Ibu bukannnya tidak ngizinin, cuma pingin ngingetin kamu, supaya kamu tau ada hal-hal yang patut dan tidak patut di dunia ini, bukan cuma ngitung dosa atau pahala saja nak...”

Kuliah pagi itu hanya berakhir sampai disitu, setelah bersih-bersih di kamar mandi yang jaraknya hanya sembilan meter dari emperan itu, ibu lalu masuk ke dapur, mendapatkan kembali beras yang di rendamnya malam tadi. Malam ini giliran keluarga kami membawa jaburan, Ibu, seperti waktu aku masih kecil, mau membuat kueh pipis untuk di bawa ke masjid.

Waktu itu hanya beras satu-satu nya bahan kueh yang Ibu punya. Setelah ditumbuk menjadi tepung, Ibu mencapur dan memasaknya dengan santan, daun pandan dan sedikit gula, setelah setengah masak, ibu membungkusnya dengan daun pisang. Mencari daun pisang dan daun pandan-lah tugasku waktu itu. Sangat sederhana, dan bahan-bahan itulah yang kami ada waktu itu, kalau ada pisang yang sedang masak, Ibu menambah inti spesial, maka jadilah kueh pipis pisang resepi Ibuku.

Setelah siap dibungkus, tugasku yang terakhir adalah menggunting lebihan daun pisang supaya kelihatan rapi, sekaligus memasukkan ke dalam dandang untuk dikukus. Ibu tidak mengizinkan aku ikut membungkus, takut tidak jadi, karna bikin kuehnya pas-pasan.

*Kata bas di gunakan untuk menyebut speaker yang besar, ia sangat mudah untuk dialamatkan kepada benda tersebut, karena bagi orang desa, suara yang besar-besar tone nya berasal dari benda itu.
*Jaburan: Kueh-kueh atau makanan ringan yang dihidangkan selepas shalat Tarawih.
Bersambung...

1 comments:

Anonymous said...

cerita yang bagusssss n ok banget,tapi ,itu dia ada tapinya namanya j acoment semua orang juga bisa ya ga hhehheheheh..eh yayaya,,tapi apan tadi,,,itu tapi ceritanya kepanjanganan dan harus menunggu sambungan nya,,,,jadi ga seru,,hheheh tau kan pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu,,m-e-n-u-n-g-g-u........hehhehehe mba,,,,,,,akkakak...cilubbb------ ba...

Post a Comment

Kepada rekan-rekan yang kami hormati,Silahkan berkomentar dengan baik dan Sopan di form Komentar dibawah ini, karna kita sama-sama tahu kalau setiap panca indra yg kita miliki akan di mintai pertanggung jawaban kelak di akhirat nanti, O ya Klo rekan-rekan sekalian berkenan memberikan Komentar jangan lupa Kasih identitas,at-list Nama Anda, and jangan anonymous melulu!!!! , Terimah kasih sobat...

 

Komentar Terbaru

Ikmalaysia Followers